Cahaya purnama terangi malam
Gadis desa bermain di halaman
Karena dunia tempat bertanam
Mari kita menanam kebaikan
Dari mana datangnya linta
Dari lumpur turun ke teras
Dari mana datangnya bahagia
Dari syukur turun ke ikhlas
Sungguh dingin suasana di sawah
Tapi bekerja harus semangat
Sudah miskin malas ibadah
Bagaimana di akhrat kelak
Mangga hancur tertimpa bata
Bata diinjak seekor angsa
Bila jujur dalam berkata
Teman banyak Allah pun cinta
Pecah jangan retak pun jangan
Jagalah kaca petang dan pagi
Dijamah jangan dipetik pun jangan
Itulah bunga belum dibeli
Bunga seroja indah merekah
Dipetik orang buat hiasan
Andai kita sudah menikah
Mungkin sekarang kita pijit-pijitan
Suara jangkrik ditengah lahan
Bagaikan musik sedang menggema
Telinga ditindik pertanda perempuan
Lidah ditindik pertanda apa?
Melati jatuh karena layu
Buah tomat diiris sembilu
Dari jauh berucap rindu
Sudah dekat malah malu
Bunga cempaka jangan dipetik
Pabila batang nampaknya bengkok
Hamba umpama rumah berbilik
Meski terang nampak tak elok
Berenang-renang di air tenang
Sampai badanku jadi kedinginan
Kupandang-pandang fotomu sayang
Sampai mataku jadi belekan
Tiba-tiba kau ada dikamar
Padahal pintu tertutup tikar
Tiba-tiba kau minta dilamar
Kini jantungku bergetar-getar
Pagi-pagi menjemur kain
Kain batik bercorak pelangi
Kugigit jari sekeras mungkin
Karena si adik berpunya lagi
Gugur bunga ke tepi rawa
Bunga yang kering pertanda mati
Tak kuasa menahan tawa
Melihat kucing goyang gergaji
Lubang semut didasar laut
Laut fasipik pasirnya putih
Malam yang larut semakin larut
Semakin asyik tidur bersama aura kasih
Batang selasih patah sendiri
Selasih tumbang menimpa tomat
Tak ada yang bersih didunia ini
Selain dia yang pandai bertaubat
Mengapa ada suara jangkrik
Padahal tempatnya gersang dan tandus
Mengapa hanya wanita cantik
Yang jatuh cinta sama si engkus
Sebatang kayu dari kota batam
Dibuat bangku warnanya hitam
Kupandang fotomu siang dan malam
Membuat mataku enggan terpejam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar